Jumat, 22 Maret 2013

Guci di Makam Sangia Nibandera, Sebuah Misteri Dalam Selimut Budaya



Makam Sangia Nibandera, berada pada sebuah areal hutan seluas 2,5 Ha, dengan vegetasi hutan yang lebat, dengan tumbuh-tumbuhanan yang dibiarkan tumbuh liar, karena untuk beberapa tanaman sering digunakan dalam ritual adat masyarakat Mekongga. Posisi makam berada tidak jauh dari gerbang masuk. Disamping gerbang ada sebuah mesjid dengan tulisan “Anda memasuki taman Lalilatul Qadar”, diduga taman Lailatul Qadar adalah kawasan hutan dimana makam Sangia Dibandera berada.

Yang menarik adalah keberadaan sebuah benda dengan tempat tersendiri, diantara keberadaan makam-makam yang ada disana. Benda itu adalah sebuah guci. Guci yang ada di makam Sangia Nibandera, selalu beris air, volume airnya akan maksimal pada saat musim kemarau. Tapi pada saat musim hujan, volume air yang mengisi guci akan menyusut. Posisi guci pertama kali bukan berada pada tempat dimana sekarang guci itu diletakan, sebelumnya keberadaanya tepat berada dibawah sebuah pohon yang berada disamping makam permaisuri. Tapi, karena kondisi pohon yang semakin hari semakin rapuh, karena kulitnya sering diambil untuk dijadikan obat. Kondisi pohon kian hari kian mengkhawatirkan, sampai pada akhirnya yang tersisa hanya tunggul pohon yang sekarang telah membantu menjadi fosil. Diperkirakan guci tersebut berasal dari zaman Dinasti Ming di Daratan Tiongkok, karena pada saat itu pertukaran barang yang cukup massif dilakukan antara wilayah-wilayah di Nusantara dengan daratan pedagang-pedagang dari daratan tiongkok.

 


Menurut cerita dari Penasihat adat Kolaka dan Juru Kunci Makam. Beberapa kali guci tersebut sempat dicuri, tepatnya empat kali. Tapi, menurut beliau, keberadaaan guci tersebut selalu diketahui keberadaanya. Adapun cerita dari guci tersebut, setiap kali dipindahtangankan, sang pencuri merasa dibayang-bayangi oleh makhluk gaib yang buas dan ganas, dan berusaha untuk membunuhnya.
Posisi dari guci itu sekarang berada dalam komplek yang sama dengan dengan pemakaman Sangia Nibandera. Menurut informan, biaya yang dihabiskan untuk memperbaiki kondisi makam sebesar 1 milyar rupiah, dana yang didapat dari APBD provinsi tersebut sesuai dengan amanat undang-undang yang mengatur cagar budaya, pasca ditetapkannya Makam Sangia Nibandera ditetapkan sebagai wilayah cagar budaya. 
 ( Nanang Suryana,Unit Sosbud Tim Ekspedisi NKRI)